Mengukur Permeabilitas Uap air dari Plastik
Mengukur
permeabilitas uap air dari plastic
1. Tujuan perobaan
· Dapat
mengenal pengujian kecepatan transmisi uap cair ( water vapor tramision rate,
WVTR).
· Dapat
menentukan kecepatan transmisi uap air dari beberapa contoh bahan pengemas pada
temperature dan kelembaban tertentu.
· Dapat
menentukan permeabilitas plastik pengemas
2.
Alat
dan bahan
Alat yang digunakan
·
Mangkuk
WVTR/cawan
·
Gelas
ukur 100ml
Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan
·
Pengemas
plastic
·
Air
/aquadest
3.
Gambar Alat (terlampir)
4.
Dasar
teori
Integritas bahan makanan dalam
kemasan ditentukan oleh kemampuan kemasan (bahan dan sistem kemasan) untuk
menahan kerusakan selama penanganan, distribusi, dan penyimpanan yang baik di
gudang, di toko, dan di rumah sebelum bahan makanan dikonsumsi.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kerusakan makanan ialah kontak dengan gas (oksigen) dan kelembaban. Kemasan diharapkan mampu melindungi bahan makanan dengan menjaga supaya oksigen dan kelembaban tetap berada di luar kemasan.
Sebenarnya plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik yang terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapt dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan varias yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency", dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum, dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri.
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan, plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera konsumen.
Sehubungan dengan sifat plastik yang memiliki permeabilitas terhadap gas dan uap air sehingga mampu melindungi produk yang dikemas dengan menjaga agar oksigen dan uapa air tetap berada di dalam kemasan pada kenyataannya ternyata plastik pengemas tidaklah secara absolut mampu menahan gas dan uap air tersebut karena film plastik permeabel terhadap gas dan uap air.
Peremeabilitas terhadap gas dan uap air (Gas or water vapor permeability = WVP) yang banyak digunakan dalam teknologi pengemasan didefinisikan sebagai gram air per hari per 100 in2 permukaan kemasan, untuk ketebalan dan temperatur tertentu, dan kelembaban relatif di satu sisi 0% dan pada sisi lainnya 95%. Metode yang umum digunakan untuk mengukur permeabilitas uap ialah dengan metode gravimetri. Dalam metode ini digunakan suatu desikan yang bisa menyerap uap air dan menjaga supaya tekanan uap air tetap rendah disimpan dalam suatu mangkuk alumunium yang kemudian ditutup dengan film plastik yang akan diukur permeabilitasnya.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kerusakan makanan ialah kontak dengan gas (oksigen) dan kelembaban. Kemasan diharapkan mampu melindungi bahan makanan dengan menjaga supaya oksigen dan kelembaban tetap berada di luar kemasan.
Sebenarnya plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik yang terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapt dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan varias yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency", dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum, dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri.
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan, plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera konsumen.
Sehubungan dengan sifat plastik yang memiliki permeabilitas terhadap gas dan uap air sehingga mampu melindungi produk yang dikemas dengan menjaga agar oksigen dan uapa air tetap berada di dalam kemasan pada kenyataannya ternyata plastik pengemas tidaklah secara absolut mampu menahan gas dan uap air tersebut karena film plastik permeabel terhadap gas dan uap air.
Peremeabilitas terhadap gas dan uap air (Gas or water vapor permeability = WVP) yang banyak digunakan dalam teknologi pengemasan didefinisikan sebagai gram air per hari per 100 in2 permukaan kemasan, untuk ketebalan dan temperatur tertentu, dan kelembaban relatif di satu sisi 0% dan pada sisi lainnya 95%. Metode yang umum digunakan untuk mengukur permeabilitas uap ialah dengan metode gravimetri. Dalam metode ini digunakan suatu desikan yang bisa menyerap uap air dan menjaga supaya tekanan uap air tetap rendah disimpan dalam suatu mangkuk alumunium yang kemudian ditutup dengan film plastik yang akan diukur permeabilitasnya.
Keberhasilan suatu proses
pembuatan film kemasan plastik biodegradable dapat dilihat dari karakteristik
film yang dihasilkan. Karakteristik film yang
dapat diuji adalah karakteristik mekanik, permeabilitas dan nilai
biodegradabilitasnya. Adapun pengertian masing-masing
karakteristik tersebut adalah:
1.Karakteristik mekanik :
Karakteristik mekanik suatu film kemasan terdiri dari : kuat tarik (tensile strength), kuat tusuk (puncture strength), persen pemanjangan (elongation to break) dan elastisitas (elastic/young modulus). Parameter-parameter tersebut dapat menjelaskan bagaimana karakteristik mekanik dari bahan film yang berkaitan dengan struktur kimianya. Selain itu, juga menunjukkan indikasi integrasi film pada kondisi tekanan (stress) yang terjadi selama proses pembentukan film. Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh film selama pengukuran berlansung. Kuat tarik dipengaruhi oleh bahan pemlastis yang ditambahkan dalam proses pembuatan film.. Sedangkan kuat tusuk menggambarkan tusukan maksimum yang dapat ditahan oleh film. Film dengan struktur yang kaku akan menghasilkan nilai kuat tusuk yang tinggi atau tahan terhadap tusukan. Adapun persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum film sebelum terputus. Berlawanan dengan itu, adalah elastisitas akan semakin menurun jika seiring dengan meningkatnya jumlah bahan pemlastis dalam film.. Elastisitas merupakan ukuran dari kekuatan film yang dihasilkan.
1.Karakteristik mekanik :
Karakteristik mekanik suatu film kemasan terdiri dari : kuat tarik (tensile strength), kuat tusuk (puncture strength), persen pemanjangan (elongation to break) dan elastisitas (elastic/young modulus). Parameter-parameter tersebut dapat menjelaskan bagaimana karakteristik mekanik dari bahan film yang berkaitan dengan struktur kimianya. Selain itu, juga menunjukkan indikasi integrasi film pada kondisi tekanan (stress) yang terjadi selama proses pembentukan film. Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh film selama pengukuran berlansung. Kuat tarik dipengaruhi oleh bahan pemlastis yang ditambahkan dalam proses pembuatan film.. Sedangkan kuat tusuk menggambarkan tusukan maksimum yang dapat ditahan oleh film. Film dengan struktur yang kaku akan menghasilkan nilai kuat tusuk yang tinggi atau tahan terhadap tusukan. Adapun persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum film sebelum terputus. Berlawanan dengan itu, adalah elastisitas akan semakin menurun jika seiring dengan meningkatnya jumlah bahan pemlastis dalam film.. Elastisitas merupakan ukuran dari kekuatan film yang dihasilkan.
2. Permeabilitas :
Permeabilitas suatu film kemasan adalah kemampuan melewatkan partikel gas dan uap air pada suatu unit luasan bahan pada suatu kondisi tertentu.. Nilai permeabilitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat kimia polimer,, struktur dasar polimer, sifat komponen permeant. Umumnya nilai permeabilitas film kemasan berguna untuk memperkirakan daya simpan produk yang dikemas. Komponen kimia alamiah berperan penting dalam permeabilitas. Polimer dengan polaritas tinggi (polisakarida dan protein) umumnya menghasilkan nilai permeabilitas uap air yang tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen rendah. Hal ini disebabkan polimer mempunyai ikatan hidrogen yang besar. Sebaliknya, polimer kimia yang bersifat non polar (lipida) yang banyak mengandung gugus hidroksil mempunyai nilai permeabilitas uap air rendah dan permeabilitas oksigen yang tinggi, sehingga menjadi penahan air yang baik tetapi tidak efektif menahan gas. Permeabilitas uap air merupakan suatu ukuan kerentanan suatu bahan untuk terjadinya proses penetrasi air. Permeabilitas uap air dari suatu film kemasan adalah laju kecepatan atau transmisi uap air melalui suatu unit luasan bahan yang permukaannya rata dengan ketebalan tertentu, sebagai akibat dari suatu perbedaan unit tekanan uap antara dua permukaan pada kondisi suhu dan kelembaban tertentu. Sedangkan permeabilitas film kemasan terhadap gas-gas, penting diketahui terutama gas oksigen karena berhubungan dengan sifat bahan dikemas yang masih melakukan respirasi.
PENGEMASAN BAHAN PANGAN MODIFIED ATMOSPHERE PACKAGING
(MAP)
Saat ini permintaan konsumen akan
kemasan bahan pangan adalah teknik pengemasan yang ramah lingkungan, produk
yang lebih alami dan tanpa menggunakan bahan pengawet. Industri-industri
pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan
dari produk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modern mencakup pengemasan
atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan
aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk
semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan
alaminya.
Pengemasan
atmosfir termodifikasi (MAP) adalah pengemasan produk dengan menggunakan bahan
kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di
dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi produk menurun,
mengurangi pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh enzim serta
memperpanjang umur simpan. MAP banyak digunakan dalam teknologi olah minimal
buah-buahan dan sayuran segar serta bahan-bahan pangan yang siap santap (ready-to
eat).
Saat ini MAP telah berkembang dengan
sangat pesat, hal ini didorong oleh kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat
menghasilkan kemasan dengan permeabilitas gas yang luas serta tersedianya
adsorber untuk O2, CO2, etilen dan air. Ahli-ahli pengemasan sering menganggap
bahwa MAP merupakan satu dari bentuk kemasan aktif, karena banyak metode
kemasan aktif juga memodifikasi komposisi udara di dalam kemasan bahan pangan.
Ide penggunaan kemasan aktif bukanlah hal yang baru, tetapi keuntungan dari
segi mutu dan nilai ekonomi dari teknik ini merupakan perkembangan terbaru
dalam industri kemasan bahan pangan. Keuntungan dari teknik kemasan aktif
adalah tidak mahal (relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah
lingkungan, mempunyai nilai estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk
sistem distribusi.
Modified Atmosfer Packaging (MAP)
Saat ini permintaan konsumen akan
kemasan bahan pangan adalah teknik pengemasan yang ramah lingkungan, produk
yang lebih alami dan tanpa menggunakan bahan pengawet. Industri-industri
pengolahan pangan juga berusaha untuk meningkatkan masa simpan dan keamanan
dari produk. Teknologi pengemasan bahan pangan yang modern mencakup
termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan aktif (Active
Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan untuk semaksimal mungkin meningkatkan
keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan alaminya. Pengemasan atmosfir
termodifikasi (MAP) adalah pengemasan produk dengan menggunakan bahan kemasan
yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam
kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi produk menurun, mengurangi
pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang umur
simpan. MAP banyak digunakan dalam teknologi olah minimal buah-buahan dan
sayuran segar serta bahan-bahan pangan yang siap santap (ready-to eat).
Saat ini MAP telah berkembang dengan
sangat pesat, hal ini didorong oleh kemajuan fabrikasi film kemasan yang dapat
menghasilkan kemasan dengan permeabilitas gas yang luas serta tersedianya
adsorber untuk O2, CO2, etilen dan air. Ahli-ahli
pengemasan sering menganggap bahwa MAP merupakan satu dari bentuk kemasan
aktif, karena banyak metode kemasan aktif juga memodifikasi komposisi udara di
dalam kemasan bahan pangan. Ide penggunaan kemasan aktif bukanlah hal yang
baru, tetapi keuntungan dari segi mutu dan nilai ekonomi dari teknik ini
merupakan perkembangan terbaru dalam industri kemasan bahan pangan. Keuntungan
dari teknik kemasan aktif adalah tidak mahal (relatif terhadap harga produk
yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai estetika yang dapat diterima
dan sesuai untuk sistem distribusi.
Gambar Contoh Pengemasan Aktif
(Safetechnopack, 2011)
Modified atmosphere packaging adalah
suatu teknologi pengemasan yang dilakukan pada produk pangan dengan tujuan agar
dapat mempertahankan umur simpan produk pangan tersebut. MAP umumnya
menghalangi pergerakan udara, memungkinkan proses respirasi normal produk
mengurangi kadar oksigen dan meningkatkan kadar karbon dioksida udara di dalam
kemasan. MAP dapat digunakan dalam kontainer pengapalan dan dalam unit-unit
kemasan konsumen. Modifikasi atmosfer dan secara aktif ditimbulkan dengan
membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup (seperti kantong polietilen yang
tidak berventilasi),dan kemudian memasukkan campuran komposisi atmosfer yang
diinginkan yang sudah jadi dari luar. Secara umum, penurunan konsentrasi
oksigen dan peningkatan konsentrasi karbon dioksida akan bermanfaat terhadap
kebanyakan komoditi. Pemilihan film polimerik terbaik untuk setiap
komoditi/kombinasi ukuran kemasan tergantung pada permeabilitas film dan laju
respirasi pada kondisi waktu/suhu yang dinginkan selama penanganan. Penyerap
oksigen, karbon dioksida dan/atau etilen dapat digunakan dalam kemasan atau kontainer
untuk membantu menjaga komposisi atmosfer yang diinginkan.
Jenis plastik yang digunakan dalam
metode pengemas Modified Atmosfer Packaging (MAP) adalah plastik jenis LDPE
(Low Desity Polyethilene), HDPE (High Density lyethilene), PVC (Polyvinylcholride)
dan PP (Polypropylene).
Pengemasan Aktif
Pengemasan aktif adalah suatu konsep
inovatif yang mengubah kondisi pengemasan untuk memperlama masa simpan atau
meningkatkan penampakan dan keselamatan produk, dan sekaligus mempertahankan
mutu produk tetap tinggi. Dilihat dari tidak-adanya pengendalian (aktif)
komposisi udara di dalam kemasan, pengemasan aktif (active packaging)
tergolong ke dalam MAP.
Istilah lain dari kemasan aktif
(active packaging) adalah smart, interactive, clever atau intelligent packaging.
Defenisi dari kemasan aktif adalah teknik kemasan yang mempunyai sebuah
indikator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif perubahan
produk serta menentukan mutunya. Kemasan akif disebut sebagai kemasan
interaktif karena adanya interaksi
aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan
aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang
masa simpannya.
Pengemasan aktif merupakan kemasan
yang mempunyai :
- bahan penyerap O2
(oxygen scavangers)
- bahan penyerap atau penambah
(generator) CO2
- ethanol emiters
- penyerap etilen
- penyerap air
- bahan antimikroba
- heating/cooling
- bahan penyerap (absorber) dan yang
dapat mengeluarkan aroma/flavor
- pelindung cahaya (photochromic)
Kemasan aktif juga dilengkapi dengan
indikator- indikator yaitu :
- time-temperature indicator yang
dipasang di permukaan kemasan
- indikator O2
- indikator CO2
- indikator physical shock (kejutan
fisik)
- indikator kerusakan atau mutu,
yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang
dihasilkan dari reaksi-reaksi kimia,
enzimatis dan/atau kerusakan mikroba pada
bahan pangan.
Absorber Oksigen
Absorber oksigen umumnya digunakan
untuk menyerap oksigen pada bahan-bahan pangan seperti hamburger, pasta segar,
mie, kentang goreng, daging asap (sliced ham dan sosis), cakes dan roti dengan
umur simpan panjang, produk-produk konfeksionari, kacang-kacangan, kopi, herba
dan rempah-rempah. Penggunaan kantung absorber O2 memberikan keuntungan
khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap oksigen dan cahaya seperti
produk bakery dan pizza, daging ham yang dimasak dimana pertumbuhan jamur dan
perubahan warna merupakan masalah utamanya.
Keuntungan penggunaan absorber
oksigen sama dengan keuntungan dari MAP yaitu dapat mengurangi konsentrasi
oksigen pada level yang sangat rendah (ultra-low level), suatu hal yang tidak
mungkin diperoleh pada kemasan gas komersial. Konsentrasi oksigen yang tinggi
di dalam kemasan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, menurunkan
nilai gizi bahan pangan, menurunkan nilai sensori (flavor dan warna) serta
mempercepat reaksi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan pada bahan pangan
berlemak.
Bahan penyerap oksigen secara aktif
akan menurunkan konsentrasi oksigen di dalam head-space kemasan hingga 0.01%,
mencegah terjadinya proses oksidasi, perubahan warna dan pertumbuhan
mikrooorganisme. Jika kapasitas absorber mencukupi, maka absorber juga dapat
menyerap oksigen yang masuk ke dalam head-space kemasan melalui lubang-lubang
dan memperpanjang umur simpan bahan yang
dikemas.
Keuntungan lain dari penggunaan
absorber oksigen adalah biaya investasinya lebih murah dibandingkan biaya
pengemasan dengan gas. Pada dasarnya untuk pengemasan aktif hanya dibutuhkan
sistem sealing. Keuntungan ini menjadi lebih nyata apabila diterapkan untuk
kemasan bahan pangan berukuran kecil hingga medium, yang biasanya memerlukan
investasi peralatan yang besar. Sebaliknya, kelemahan dari kemasan aktif adalah
kemasan ini visible (sachet atau labelnya terlihat jelas) sedangkan pada
kemasan gas, maka gasnya tidak terlihat
Absorber oksigen yang tersedia saat
ini pada umumnya berupa bubuk besi (iron powder), dimana 1 gram besi akan
bereaksi dengan 300 ml O2. Kelemahan dari besi sebagai absorber oksigen adalah
tidak dapat melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur
pengemasan. Masalah ini dapat dipecahkan dengan menggunakan absorber oksigen
berupa asam askorbat atau enzim.
Ukuran penyerap oksigen yang
digunakan tergantung pada jumlah oksigen pada head-space, oksigen yang
terperangkap di dalam bahan pangan (kadar oksigen awal) dan jumlah oksigen yang
akan masuk dari udara di sekitar kemasan selama penyimpanan (laju transmisi
oksigen ke dalam kemasan), suhu penyimpanan, aktivitas air, masa simpan yang
diharapkan dari bahan pangan tersebut. Absorber oksigen lebih efektif jika
digunakan pada kemasan yang bersifat sebagai barrier bagi oksigen, karenajika
tidak maka absorber ini akan cepat menjadi jenuh dan kehilangan kemampuannyauntuk
menyerap oksigen.
Bahan penyerap O2 seperti asam
askorbat, sulfit dan besi dimasukkan ke dalam polimer dengan permeabilitas yang
sesuai untuk air dan oksigen seperti polivinil klorida (PVC) , sedangkan
polietilen dan polipropilen mempunyai permeabilitas yang sangat rendah terhadap
air.
Bahan Penyerap dan Penambah Co2
(Absorber Dan Emitters Co2)
Absorber CO2 terdiri dari asam
askorbat dan besi karbonat sehingga mempunyai fungsi ganda dapat memproduksi
CO2 dengan volume yang sama dengan volume O2 yang diserap. Hal ini diperlukan
untuk mencegah pecahnya kemasan, terutama pada produk-produk yang sensitif
terhadap adanya perubahan konsentrasi CO2 yang mendadak seperti keripik
kentang. CO2 yang dihasilkan dapat larut di dalam fase cair atau fase lemak dari
produk, dan ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan flavor. Penggunaan lain
dari adsorber dan generator CO2 ini adalah pada kopi bubuk. Kopi yang di
sangrai (roasted) dapat mengeluarkan sejumlah CO2, dan mengakibatkan pecahnya
kemasan karena peningkatan tekanan internal. Reaktan yang biasanya digunakan
untuk menyerap CO2 adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan aktivitas air
yang cukup, yang dapat bereaksi dengan CO2 membentuk kalsium karbonat.
Absorber Etilen
Etilen adalah hormon tanaman yang
dihasilkan selama pematangan buah dan sayuran. Etilen dapat memberikan pengaruh
yang negatif terhadap produk segar, karena etilen akan mempercepat proses
pematangan pada produk seperti pisang dan tomat, sehingga produk menjadi cepat
busuk, tetapi jika digunakan pada produk seperti jeruk, maka dapat
menghilangkan warna hijau (degreening) sehingga dihasilkan jeruk dengan warna
kuning yang merata, dan penampilannya lebih baik. Secara umum, etilen merupakan
bahan yang tidak diinginkan untuk penyimpanan produk segar, sehingga etilen
harus disingkirkan dari lingkungan penyimpanan, hal ini disebabkan karena :
- dalam jumlah sedikit sudah dapat
menurunkan mutu dan masa simpan produk
- dapat meningkatkan laju respirasi
sehingga akan mempercepat pelunakan
jaringan dan kebusukan buah.
- Mempercepat degradasi klorofil
yang kemudian akan menyebabkan kerusakan-
kerusakan pasca panen lainnya.
Penyerap etilen yang dapat digunakan
adalah potasium permanganat (KmnO4), karbon aktif dan mineral-mineral lain,
yang dimasukkan ke dalam sachet. Bahan yang paling banyak digunakan adalah
kalium permanganat tang diserapkan pada silika gel. Permanganat akan
mengoksidasi etilen membentuk etanol dan asetat. Bahan penyerap etilen ini
mengandung 5% KmnO4 dan dimasukkan ke dalam sachet untuk mencegah keluarnya
KmnO4 karena KmnO4 bersifat racun.
Absorber Air Dan Uap Air
Akumulasi air pada kemasan dapat
disebabkan oleh transpirasi produk hortikultura, keluarnya air dari jaringan
pada daging atau fluktuasi suhu pada kemasan yang kadar airnya tinggi. Adanya
air pada kemasan dapat memacu pertumbuhan mikrobia serta terbentuknya kabut
pada permukaan film kemasan, sehingga air dan uap air yang ada pada kemasan
harus keluarkan.
Lapisan absorber untuk uap air
(Drip-absorber pad) biasanya digunakan untuk pengemasan daging dan ayam,
terdiri dari granula-granula polimer superabsorbent di antara dua lapisan
polimer mikroporous atau non-woven yang bagian pinggirnya dikelim. Absorber ini
akan menyerap air serta mencegah perubahan warna dari produk dan kemasan. Polimer
yang sering digunakan untuk menyerap air adalah garam poliakrilat dan kopolimer
dari pati. Polimer superabsorben ini dapat menyerap 100-500 kali dari beratnya
sendiri. Alat yang sama dengan skala yang lebih besar digunakan untuk menyerap
lelehan es pada transportasi ikan segar dan hasil laut lain melalui udara.
Penurunan kelembaban relatif di
sekitar kemasan akan menurunkan aktivitas air di permukaan bahan pangan,
sehingga dapat memperpanjang umur simpannya. Kondisi ini dapat diperoleh dengan
cara menyerap air dalam bentuk fase uapnya sehingga penggunaan humektan lebih
efektif daripada polimer superabsorbing. Perusahaan Showa Denko Co., di Jepang
telah mengembangkan film (Pichit) yang dapat menyerap uap air dan digunakan
untuk rumah tangga. Film ini dilaminasi dengan propilen glikol dan polivinil
alkohol (PVA). Film PVA akan menahan glikol tapi permeabilitasnya terhadap air
sangat tinggi. Bahan pangan dibungkus di dalam selofan kemudian dimasukkan ke
dalam kantung Pichit dan disimpan dalam refrigerator. Perbedaan aktivitas air
antara bahan pangan dan glikol berarti bahwa air ditarik dari permukaan bahan
pangan dan diabsorbsi oleh film. Pengaruh yang diinginkan, misalnya
mengeringnya permukaan biasanya akan terjadi dalam waktu 4-6 jam. Masa simpan
ikan yang disimpan dikemas dengan bahan penyerap air ini 3-4 hari lebih panjang
dari pada ikan yang dikemas tanpa penyerap air. Kantung Pichit dapat digunakan
kembali yaitu untuk 10 kali penggunaan setelah bahan yang dikemas dikeluarkan
dengan cara mencuci kantung di dalam air dan dikeringkan.
Penambahan bahan anti kabut (anti
fog) yang dicampur dengan resin polimer sebelum proses ekstrusi dapat mencegah
timbulnya kabut dan embun di permukaan kemasan. Bahan amfifilik akan menurunkan
tegangan permukaan di antara polimer dan konsendasi air, akibatnya tetesan air
akan menyebar sebagai lapisan tipis yang transparan di permukaan film polimer.
Konsumen akan dapat melihat dengan jelas produk yang ada di dalamnya, tetapi
air masih tetap ada dan berpotensi untuk menyebabkan kebusukan. Oleh karena
itu, perlakuan ini hanya digunakan untuk memperindah bentuk kemasan aktif tapi
tidak untuk memperpanjang masa simpannya.
Ethanol Emitters
Etanol digunakan sebagai bahan
pengawet selama berabad-abad lamanya. Pada konsentrasi yang tinggi etanol dapat
mendenaturasi protein dari kapang dan ragi sehingga dapat bersifat sebagai
antimikroba walapun pada dosis yang rendah. Penyemprotan etanol pada bahan
pangan sebelum dikemas dapat memberikan pengaruh yang baik, tetapi pada
beberapa kasus pemberian etanol yang dimasukkan ke dalam sachet sehingga dapat
mengahsilkan uap etanol lebih baik dari pada penyemprotan etanol.
Etanol emitters dengan nama dagang
Ethicap terdiri dari campuran etanol dan air yang dijerap pada bubuk silika
oksida, dan dimasukkan ke dalam sachet yang terbuat dari kertas dan kopolimer
etil vinil asetat (EVA). Bau alkohol dapat ditutupi dengan penambahan flavor
seperti vanila, pada sachet. Ukuran sachet tergantung pada aktivitas air (aw)
bahan pangan dan masa simpan yang diinginkan dari produk.
Keuntungan generator uap etanol
adalah memperpanjang umur simpan, menghambat proses staling pada produk bakery,
dan mencegah tumbuhnya mikrobia. Ethanol emitters dimasukkan ke dalam kemasan
segera setelah proses pembakaran (baking) dan pendinginan dengan kondisi yang
steril.
Kelemahan dari penggunaan uap etanol
untuk tujuan pengawetan adalah pembentukan aroma yang tidak diinginkan pada
bahan pangan, absorpsi dari head space oleh bahan pangan, pada beberapa kasus
konsentrasinya pada produk meningkat 2 kali dari konsentrasi awal sehingga
menimbulkan masalah dalam standard mutu. Jika sebelum dikonsumsi produk
dipanaskan terlebih dahulu dengan oven, maka etanol yang terakumulasi sebagian
besar akan diuapkan. Oleh karena itu produk yang mengandung ethanol emitters
hendaknya dipanaskan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Modifikasi komposisi udara
Komposisi
dari udara di ruang penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
sifat-sifat bahan segar yang disimpan. Baik kandungan oksigen, karbon dioksida
dan ethylene, saling mempengaruhi metabolisme komoditi. Komposisi udara secara
normal terdiri dari O2 (20%), CO2 (0.03%), N2 (78.8%).
Dengan melakukan modifikasi atmosphere di sekitar komoditi tersebut dapat
menghasilkan beberapa keuntungan terhadap komoditi tersebut.
Modifikasi
komposisi udara dilakukan dengan menurunkan kadar oksigen dan atau meningkatkan
kandungan karbon dioksida (CO2). Oksigen dalam udara tidak dapat
dihilangkan sama sekali dari atmosphere, karena adanya oksigen masih diperlukan
untuk menjaga berlangsungnya metabolisme secara normal. Di bawah 1 – 3%
oksigen, banyak komoditi justru mengalami banyak kerusakan. Demikian halnya
dengan konsentrasi CO2. batas toleransi komoditi terhadap gas-gas
tersebut bervariasi. Berbagai jenis kantong plastik yang memiliki bagai derajat
permeabilitas terhadap uap air dan gas, dapat digunakan untuk penyimpanan MA.
Teknik mana sebetulnya telah berkembang sejak tahun 1940. dan kini kantong
plastik dengan beberapa jenis ketebalan, densitas serta permeabilitas dapat
dipilih untuk menjaga susunan komposisi atmosphere disekitar produk yang
dikemas tersebut.
Modified
Atmosphere Packaging (MAP) adalah salah satu cara pengemasan untuk mengatur
faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap komoditas yang disimpan agar
kesegaran dan warna produk dapat dipertahankan sampai produk di tangan
konsumen. Modified atmosphere dilakukan dengan mengatur komposisi udara di
sekitar bahan yang berbeda dengan komposisi udara atmosfir. Modifikasi tersebut
dapat berupa penurunan persentase oksigen dari 21% menjadi 0%, penurunan
persentase oksigen ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
aerob dan juga untuk memperlambat proses oksidasi. Modifikasi ini dilakukan
dengan cara menggantikan gas diudara dengan nitrogen sebagai gas inert (tidak
bereaksi) sehingga udara dalam kemasan terdiri dari 100% gas nitrogen.
memperlambat proses oksidasi. Modifikasi lainnya adalah dengan cara menggunakan
campuran 20% karbon dioksida (CO2) dan 80% gas nitrogen. Karbon
dioksida akan menurunkan pH produk sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri,
karena kebanyakan bakteri bersifat tidak tahan akan asam atau pH rendah.
Misalnya pada pengemasan daging segar. Modifikasi tersebut dapat memperpanjang
kesegaran produk, akan tetapi tanpa adanya oksigen warna cerah merah daging
kurang dapat dipertahankan. Oleh karena itu digunakan campuran gas yang terdiri
dari 60%-70% gas karbon dioksida, 30%-40% gas nitrogen, dan 0,3%-0,5% gas CO
(CO2 tinggi /CO rendah). Gas CO akan berikatan dengan Fe dalam
senyawa heme dari myoglobin dan membentuk carboksimioglobin yang berwarna merah
cerah globin cincin-tetrapyrrole- Fe2+(CO). Carboksimioglobin ini
lebih tahan terhadap oksidasi dibandingkan oxymioglobinkarena ikatan antara
Fe-CO lebih kuat dibandingkan dengan Fe-O2. Dengan demikian
carboksimioglobin yang berwarna merah cerah dapat bertahan lebih lama. MAP ini
merupakan rahasia keawetan daging segar karena memberikan kondisi anaerob
sekaligus memberikan warna merah cerah. Cara ini sudah dipakai secara luas
untuk pengemasan produk daging segar maupun daging olahan serta dapat
mempertahankan jumlah hitung mikroba tetap rendah selama 11 sampai 21 hari
lamanya pada suhu penyimpanan optimal 40°C . Gas CO dalam modified atmosphere
packaging dinyatakan aman oleh FDA (Komisi Eropa Dirjen Perlindungan Kesehatan
dan Konsumen).
Meskipun
demikian ada satu hal sangat penting yang harus diingat dan dilakukan dengan
cermat dalam praktek modified atmosphere packaging yaitu menjaga suhu
penyimpanan dan saat transport pada 40°C karena peningkatan suhu dapat
menyebabkan perubahan jumlah mikroorganismeyang tumbuh pada daging segar. Untuk
memastikan keamanan produk daging yang dikemas dengan modified atmosphere
packaging, maka sejak penyembelihan, pengepakan dengan modified atmosphere
packaging, distribusi, dan pada tingkat pengecer harus dijaga dan dilakukan
praktek penanganan dan higienitas yang baik. Bila hal ini tidak dilakukan maka
modified atmosphere packaging kemungkinan tidak memberikan hasil seperti yang
telah dijelaskan. Modified atmosphere packaging kemudian dikembangkan lebih
lanjut dengan memodifikasi bahan pengemas yang dipakai. Penambahan ekstrak
rosemary yang dikenal sebagai antioksidan kedalam lapisan tipis polypropylene
dapat mempertahankan potongan steak daging sapi tetap merah cerah dan segar
sampai sekitar 14 hari pada suhu lemari dingin seperti di supermarket
supermarket. Dapat pula dilakukan penambahan bacteriosin, enzim
laktoperoksidase, atau ekstrak herbal kedalam “edible film” seperti alginate.
Pelapis alginate dikembangkan untuk memenuhi permintaan konsumen yang
menginginkan produk alami. Pengembangan bahan pengemas lainnya adalah
menggunakan teknologi partikel nano dimana ketebalan bahan pengemas dibentuk
dalam ukuran nanometer swhingga menurunkan permeabilitas gas, meningkatkan
kekeuatan pengemas, dan lebih ringan. Koekstruksi ethylene-co-acrylyc acid
(EAA) dengan polyethylene oxide (PEO) menghasilkan komposit dimana didalamnya
terbentuk lapisan tunggal kristal PEO dengan ketebalan 20 nm yang dapat
menurunkan permeabilitas gas sampai 100 kali. Pelapisan PEO yang mengandung
perak (Ag) pada plastic PE dapat menghambat pertumbuhan Alicylobacillus
acidoterrestris yang umumnya tumbuh pada produk pangan berasam rendah.\
Indikator O2 dan CO2
Permeabilitas
kemasan terhadap gas merupakan sifat penting dalam pemilihan jenis kemasan.
Jika terjadi kebocoran pada kemasan, maka modifikasi atmosfir di sekitar
kemasan yang sudah dibuat optimal sesuai dengan kebutuhan produk, akan rusak,
karena gas akan masuk ke dalam kemasan, dan mutu produk pangan menjadi menurun.
Oleh karena itu terjadinya kebocoran pada kemasan harus dapat dideteksi untuk
menghindari terjadinya kerusakan produk.
Pada kemasan dengan konsentrasi CO2
yang tinggi, kebocoran berarti terjadinya peningkatan konsentrasi O2 dan
penurunan konsentrasi CO2 di dalam kemasan, dan ini dapat mengakibatkan
pertumbuhan mikroba perusak. Untuk dapat meningkatkan mutu dan keamanan pangan,
maka perlu dilakukan pengendalian kerusakan melalui deteksi kebocoran pada
kemasan.
Indikator O2 yang tersedia secara
komersial umumnya berbentuk label warna yang di lamiansikan pada film polimer
atau tablet. Indikator ini akan bereaksi dengan O2 yang masuk ke dalam kemasan
melalui lubang kemasan yang bocor, atau digunakan sebaagi absorber O2 sehingga
semua O2 yang masuk ke dalam kemasan akan diserap. Indikator O2 yang paling
banyak digunakan adalah Ageless-Eye (diproduksi oleh Mitsubishi Gas Chemical
Co., Jepang), yang berupa O2 scavenger, dan akan berwarna pink jika tidak ada
oksigen di lingkungan tersbeut (<0.1%) dan berwarna biru jika O2 lebihd ari
0.5%.
Indikator
O2 dapat digunakan untuk memastikan bahwa produk sudah dikemas secara benar.
Tetapi, alat ini mempunyai kekurangan di dalam distribusi, karena kebanyakan
indikator O2 sangat sensitif terhadap O2 dari kemasan gas dan perubahan
warnanya bersifat dapat balik (reversible). Indikator ini dapat bereaksi dengan
sisa O2 yang ada di dalam kemasan, atau alat ini menunjukkan tidak ada O2,
karena oksigen yang ada telah digunakan oleh mikroba perusak untuk
pertumbuhannya. Oleh karena itu perubahan warna dari indikator harus tidak
dapat balik (irreversible). Tipe visual dari indikator oksigen terdiri dari :
perubahan warna redoks, serta komponen reduksi dan komponen alkali.
Komponen-komponen tersebut misalnya pelarut (air dan/atau alkohol) dan bulking
agent (misalnya zeolit, gel silika, bahan selulosa, polimer).
Indikator
CO2 diperlukan pada kemasan dengan konsentrasi CO2 yang ditentukan (bisa untuk
menunjukkan konsentrasi CO2 yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Contohnya,
indikator CO2 yang terdiri dari 5 strips indikator. Strips ini terdiri dari
bahan yang sensitif terhadap CO2, seperti indikator anion dan kation liofolik
organik. Konsentrasi CO2 ditunjukkan oleh perubahan warna dari satu atau lebih
strips.
5. Data pengamatan
Perubahan berat selama
penyimpanan
Sampel
|
Perubahan
berat selama penyimpanan
|
|||||
1
2
|
Hari
1
|
Hari
2
|
Hari
3
|
Hari
4
|
Hari
5
|
Hari
6
|
319.79
322.60
|
319.86
322.63
|
319.86
322.65
|
319.90
322.69
|
319.93
322.72
|
319.96
322.76
|
Catatan : berat wadah sampel pada
sampel 1 = 271.24
Pada
sampel 2 = 274.92
6. Analisis percobaan
Dari percobaan yang telah
dilakukan dapat dianalisi bahwa dalam mengukur permeabilitas uap air dari plastik.
Digunakan medium palstik yang tipis, kemudian diletakkan dalam cawan yang
didalamnya telah diisi air dan ditutup dengan plastik diatasnya, dengan rapat.
Sehingga tidak ada udara yang masuk dalam cawan tersebut. Dimanadilakukan
penimbangan tiap hari selama seminggu. Dapat dilihat bahwa perbedaan berat yang
diukur tiap harinya. Dimana terjadi penguapan pada air yang berada dalam cawan,
karena tidak adanya udara, sehingga air dapat menguap pada atas tutup dimana
tutupnya digunakan plastik, sehingga air yang menguap menempel pada medium
plastik. Dimana dapat dihitung perubahan berat setiap hari penimbangannya .
semakin lama penyimpanan maka semakin berat dan banyak penguapan yang terjadi
dan sebaliknya.
7.
Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat
disimpulakan bahwa :
·
Untuk
menentukan permeabilitas air dapat ditentukan oleh beberapa factor yaitu :
·
Jenis
plastic
·
Ketebalan
·
Temparatur
·
Permeter
lainya
8.
Daftar
pustaka
9. Jobsheet. Petunjuk teknik
pengolahan pangan. 2011. POLSRI. Palembang
5 komentar
Salam Kenal, saya rina septiana dari teknik kimia unila. Untuk uji wvtr dimana yaa mba? Terima kasih
ReplyDeleteBalai Uji Kemasan Pasarebu Jakarta dek
ReplyDeleteterima kasih udah bantu jawab
Deletekalau di kota surabaya tempat menguji O2Tr dan WVTr dimana iya
ReplyDeleteaku ga tinggal disurbaya jadi kurang tau
DeleteSharing is caring <3